Situs Gunung Padang
Sunday, June 24, 2012
0
komentar
westjava27.blogspot.com
Mengenai Situs Gunung Padang, wikipedia menuliskannya seperti dibawah ini:
Bagi para pengunjung westjava27 yang ingin menambahkan tentang Situs Gunung Padang, silahkan tulis di kotak komentar.
"Jika terbukti, peradaban Gunung Padang diduga lebih tua dari peradaban Mesir dan Sungai Indus. Hanya sayang, lolos dari catatan sejarah. "Gunung Padang membuktikan kita juga keturunan dari ras yang sangat luar biasa," kata Danny. Tak cuma itu, area situs Megalitikum yang berada Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini diduga kuat adalah yang terbesar di dunia." (Dr. Danny Hilman/Ketua Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang/VIVAnews)
Situs Gunung Padang merupakan salah satu situs jaman prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat Indonesia. Letak Situs Gunung Padang berada di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Diperkirakan Luas kompleks "bangunan" kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Dari berbagai isu yang beredar, Situs Gunung Padang merupakan situs yang memiliki luas 10x lebih luas dari Candi Borobudur yang terletak di Jawa Tengah Indonesia. Usia Situs Gunung Padang bila di hitung dari jaman Megalitikum kurang lebih berusia 2.500 tahun. Namun dari hasil Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, akhirnya melakukan pengeboran situs megalitikum Gunung Padang. Hasilnya, usia situs Gunung Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi (SM).
Mengenai Situs Gunung Padang, wikipedia menuliskannya seperti dibawah ini:
"Keberadaan situs ini pertama kali dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914. Sejarawan Belanda, N.J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.
Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, Raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam.
Fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun S.M. Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum.
Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat "kabuyutan" (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat ini. Menurut legenda, Situs Gunungpadang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan."
detikNews.com mengemukakan juga " Hasil itu ditemukan setelah Tim Katastropik Purba melakukan pengeboran di sekitar situs. Rencana pengeboran tersebut sebelumnya dipaparkan di depan ratusan pecinta kepurbakalaan di Jakarta, 7 Februari 2012 lalu di depan ilmuwan dari 5 benua serta puluhan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), demikian disampaikan Tim Katastropik Purba dari Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana dalam rilisnya. Ada 2 titik pengeboran dalam situs itu. Bor 1 terletak di ujung selatan Teras 2, bor 2 di samping selatan Teras 5 (lihat gambar, red). Hasilnya, pada lubang bor 1, dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan kolom andesit 10-40 cm (yang dibaringkan) diselingi lapisan tanah. Sewaktu menembus 3 m Tim Katastropik Purba mendapat surprise karena tiba-tiba drilling loss circulation dan bor terjepit.Yang dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal Sungai (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal sekitar 1 meter. Rupanya bidang tegas yang terlihat pada Ground Penetrating Radar (GPR) itu di kedalaman 3-5 meter di semua Teras adalah batas dengan permukaan hamparan pasir ini. Menurut salah satu anggota Tim Katastropik Purba, Dr Pon Purajatnika yang ahli arsitek, boleh jadi hamparan pasir ini dimaksudkan sebagai peredam guncangan gempa.
Bagian di bawah kedalaman 4 meter yang ditembus bor ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring. Hal tersebut sesuai dengan survei GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan ada yang miring.Baru pada kedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman sekitar 25 meter, sesuai dengan penampang geolistrik bahwa kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu.
"Banyak ditemukan serpihan karbon, di antaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18 meter yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan," ujar anggota Tim Katastropik Purba Dr Boediarto Ontowirjo yang juga periset di Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini. Hasil bor 2, yang dilakukan persis di sebelah selatan Teras 5 menembus tanah, yang seperti tanah urukan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian ketemu batuan andesit keras. Di kedalaman 8 meter terjadi hal mengejutkan.Total loss, 40% air di drum langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai kedalaman 10 meter. Kelihatannya bor menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luarbiasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia. Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir 'ayakan' itu diselingi oleh 'tembok' andesit yang sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15 meter.Kemudian Tim Katastropik Purba mengambil sampel tanah dari 2 titik pengeboran, masing-masing titik diambil 16 sampel. Sampel ini kemudian diuji menggunakan radioisotop carbon C14 untuk mengetahui usianya (carbon dating).Tim Katastropik untuk menguji umur sisa arang,tumbuhan organik paleosoil dengan carbon dating dengan alat Liquid Scintillation Counting (LSC).
Hasilnya sebagai berikut:
1. Sampel pertama diambil dari Teras 2 (titik bor 1) dengan kedalaman -3.5 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 5.500 tahun plus minus 130 Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 51,40 +/-0,54)
2. Adapun HASIL TERBARU sampel kedua diambil dari Teras 5 (titik bor 2) dengan kedalaman -8,1 meter sampai -10,1 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 11.060 tahun plus minus 140 tahun Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 26,24 +/- 0,40)
"Kalau dikonversikan ke umur kalender setara dengan 10 ribu SM," tutur Boediarto.
Catatan:
pMC = percentage Measured Carbon
Persentasi unsur carbon C yang tersisa dari proses peluruhan tanah purba paleo soil. Unsur carbon akan mulai meluruh begitu tumbuhan, hewan mati tertimbun tanah/batu.
Untuk meluruh setengahnya, pMC = 50% diperlukan waktu 5.730 tahun."
VIVAnews.com pun menuliskan "Kisah Warga Yang Menemukan Lorong Di Gunung Padang"
"Adalah Dadi (52), juru kunci Gunung Padang yang menemukan pintu masuk itu, 40 tahun lalu. Kala itu, Dadi yang masih berusia 12 tahun kerap menemani ayahnya mencari sarang madu lebah liar yang ada di daerah tersebut. "Saya pernah masuk ke lorong batu, hampir seperti gua. Saya yang saat itu berusia 12 tahun, bisa masuk," kata Dadi Sabtu 23 Juni 2012. Ia lupa berapa lebar dan tinggi lorong tersebut. Yang jelas, posisinya sejajar dengan teras pertama, sebelah timur. "Saat saya mau masuk lebih jauh, saya keburu dikejar bapak dan ditarik ke luar," kata dia. Oleh warga sekitar, lorong itu dianggap sebagai kawah Gunung Padang. "Bapak saya lalu menceritakan, ada pantangan masuk ke sana. Konon, di dalamnya ada ruangan berisi harta karun yang dijaga ular," kata dia.
Meski kedengaran tak masuk akal, cerita itu kemudian ditelusuri tim ahli. Dengan campur tangan teknologi, tim memindai dari atas altar pertama, dari permukaan maupun tebing. "Dari hasil geolistrik dan georadar 3D ditemukan 2 pintu masuk dalam lorong. Lorong itu sekarang diupayakan dibuka tim," kata ketua tim, Danny Hilman. Pemindaian yang dilakukan kemarin dan pukul 14.00 tadi, memperkuat indikasi keberadaan lorong tersebut. Setelah para geolog bekerja, kini giliran tim arkeolog. "Kami sedang memastikan titik ini untuk membuktikannya. Tapi ada lapukan batuan sehingga kondisinya labil bisa mengakibatkan langit-langit runtuh," kata Ali Akbar, ketua tim arkeolog.
Pantauan VIVAnews, satu orang arkeolog masih bekerja di lokasi. Memakai pacul, kuas, juga membuat kotak-kotak ekskavasi. Tim juga menebas alang-alang yang tumbuh liar melampaui tinggi orang dewasa. Tim menemukan tangga yang kondisinya rusak. Diduga tangga itu menuju pintu utama bangunan di perut Gunung Padang. Sebab, terdapat mata air seperti sumur yang berada di utara."
Berita lainnya mengenai Situs Gunung Padang (VIVAnews):
Diambil dari berbagai sumber di Internet dengan kata kunci "situs gunung padang" (wikipedia, detikNews, VIVAnews, dll).Bagian di bawah kedalaman 4 meter yang ditembus bor ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring. Hal tersebut sesuai dengan survei GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan ada yang miring.Baru pada kedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman sekitar 25 meter, sesuai dengan penampang geolistrik bahwa kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu.
"Banyak ditemukan serpihan karbon, di antaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18 meter yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan," ujar anggota Tim Katastropik Purba Dr Boediarto Ontowirjo yang juga periset di Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini. Hasil bor 2, yang dilakukan persis di sebelah selatan Teras 5 menembus tanah, yang seperti tanah urukan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian ketemu batuan andesit keras. Di kedalaman 8 meter terjadi hal mengejutkan.Total loss, 40% air di drum langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai kedalaman 10 meter. Kelihatannya bor menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luarbiasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia. Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir 'ayakan' itu diselingi oleh 'tembok' andesit yang sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15 meter.Kemudian Tim Katastropik Purba mengambil sampel tanah dari 2 titik pengeboran, masing-masing titik diambil 16 sampel. Sampel ini kemudian diuji menggunakan radioisotop carbon C14 untuk mengetahui usianya (carbon dating).Tim Katastropik untuk menguji umur sisa arang,tumbuhan organik paleosoil dengan carbon dating dengan alat Liquid Scintillation Counting (LSC).
Hasilnya sebagai berikut:
1. Sampel pertama diambil dari Teras 2 (titik bor 1) dengan kedalaman -3.5 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 5.500 tahun plus minus 130 Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 51,40 +/-0,54)
2. Adapun HASIL TERBARU sampel kedua diambil dari Teras 5 (titik bor 2) dengan kedalaman -8,1 meter sampai -10,1 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 11.060 tahun plus minus 140 tahun Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 26,24 +/- 0,40)
"Kalau dikonversikan ke umur kalender setara dengan 10 ribu SM," tutur Boediarto.
Catatan:
pMC = percentage Measured Carbon
Persentasi unsur carbon C yang tersisa dari proses peluruhan tanah purba paleo soil. Unsur carbon akan mulai meluruh begitu tumbuhan, hewan mati tertimbun tanah/batu.
Untuk meluruh setengahnya, pMC = 50% diperlukan waktu 5.730 tahun."
VIVAnews.com pun menuliskan "Kisah Warga Yang Menemukan Lorong Di Gunung Padang"
"Adalah Dadi (52), juru kunci Gunung Padang yang menemukan pintu masuk itu, 40 tahun lalu. Kala itu, Dadi yang masih berusia 12 tahun kerap menemani ayahnya mencari sarang madu lebah liar yang ada di daerah tersebut. "Saya pernah masuk ke lorong batu, hampir seperti gua. Saya yang saat itu berusia 12 tahun, bisa masuk," kata Dadi Sabtu 23 Juni 2012. Ia lupa berapa lebar dan tinggi lorong tersebut. Yang jelas, posisinya sejajar dengan teras pertama, sebelah timur. "Saat saya mau masuk lebih jauh, saya keburu dikejar bapak dan ditarik ke luar," kata dia. Oleh warga sekitar, lorong itu dianggap sebagai kawah Gunung Padang. "Bapak saya lalu menceritakan, ada pantangan masuk ke sana. Konon, di dalamnya ada ruangan berisi harta karun yang dijaga ular," kata dia.
Meski kedengaran tak masuk akal, cerita itu kemudian ditelusuri tim ahli. Dengan campur tangan teknologi, tim memindai dari atas altar pertama, dari permukaan maupun tebing. "Dari hasil geolistrik dan georadar 3D ditemukan 2 pintu masuk dalam lorong. Lorong itu sekarang diupayakan dibuka tim," kata ketua tim, Danny Hilman. Pemindaian yang dilakukan kemarin dan pukul 14.00 tadi, memperkuat indikasi keberadaan lorong tersebut. Setelah para geolog bekerja, kini giliran tim arkeolog. "Kami sedang memastikan titik ini untuk membuktikannya. Tapi ada lapukan batuan sehingga kondisinya labil bisa mengakibatkan langit-langit runtuh," kata Ali Akbar, ketua tim arkeolog.
Pantauan VIVAnews, satu orang arkeolog masih bekerja di lokasi. Memakai pacul, kuas, juga membuat kotak-kotak ekskavasi. Tim juga menebas alang-alang yang tumbuh liar melampaui tinggi orang dewasa. Tim menemukan tangga yang kondisinya rusak. Diduga tangga itu menuju pintu utama bangunan di perut Gunung Padang. Sebab, terdapat mata air seperti sumur yang berada di utara."
Berita lainnya mengenai Situs Gunung Padang (VIVAnews):
- Gunung Padang Berpeluang Peradaban Tertua
- Luas Gunung Padang 10 Kali Borobudur
- Misteri Gerbang Menhir Bergaris Gunung Padang
- Kisah Warga Temukan Lorong Gunung Padang
- Gunung Padang, Buktikan Ras Indonesia Unggul
- Gunung Padang, Buktikan Ras Indonesia Unggul
- Dr. Danny Gali "Harta Karun" di Gunung Padang
- Misteri Ruang Pasir di Perut Gunung Padang
- Pesan SBY untuk Ekskavasi Gunung Padang
- Gerbang Gunung Padang Mulai Diungkap Besok
Bagi para pengunjung westjava27 yang ingin menambahkan tentang Situs Gunung Padang, silahkan tulis di kotak komentar.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Situs Gunung Padang
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://westjava27.blogspot.com/2012/06/situs-gunung-padang.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Post a Comment