Translate

KURSI GOYANG SANG PENYULAM LOTUS

Posted by Unknown Thursday, June 28, 2012 0 komentar

westjava27.blogspot.com
Tema Tulisan: Aksi untuk Indonesiaku

KURSI GOYANG SANG PENYULAM LOTUS
Sepasang anak manusia sedang bermain di pekarangan sebuah rumah tua, kedua anak itu terlihat asik bermain bermain gundu.  Nampak dari kaca rumah tua besar itu, seorang wanita tua sedang duduk di sebuah kursi goyang, wanita itu pun terlihat asik di kursi goyangnya, kadang ia terlihat sangat serius, mungkin ada bagian bentuk sulaman yang tersulit dari bunga lotus. Sudah seharian penuh wanita tua itu menyulam bunga lotus, sesekali wanita ini beranjak dari kursi goyangnya untuk meregangkan bagian tubuh yang terasa pegal. Tidak terasa waktu menjelang senja, sayup-sayup terdengar suara dari tempat ibadah di lingkungan kampung itu. Ya suara panggilan untuk umat Muslim menjalankan kewajibannya Shalat Magrib. Nampak wanita itu segera membereskan sulamannya yang baru jadi setengahnya. Sulaman yang cukup besar, mungkin akan digunakan untuk taplak meja diruang tamunya.
“Bu..., aku mau pulang kerumah dulu, nanti selesai Isya baru kesini lagi”
Wanita Tua itu pun menyahutnya “ Ya sudah, nanti pulang lagi kesini ya!” Jangan seperti tempo hari, Ibu tunggu, kalian berdua nda balik lagi!”.
Saat ini, saat-saat wanita tua itu sendiri, dirumah yang cukup besar bahkan boleh dikatakan sangat besar, dengan pekarangan yang luas. Rumah ini memiliki 5 ruangan kamar tidur utama yang dilengkapi dengan kamar mandi, 2 kamar tidur biasa dibelakang rumah utama, 2 kamar tidur di atas garasi dan dapur yang tertata rapih, perabotan di rumah ini baik kursi, lemari, banyak yang terbuat dari kayu Jati. Mungkin orang berada dulunya, atau mungkin ketika suaminya masih ada, suami ibu itu seorang yang bekerja dengan posisi yang tinggi, atau mungkin seorang pengusaha.
Lima belas tahun silam, Bu Supardjo masih tinggal di sebuah komplek perumahan mewah di kawasan cukup elit di ibukota Jakarta. Ia memiliki empat orang anak yang semuanya telah bekeluarga. Suaminya seorang pengusaha eksportir sukses di Jakarta. Hari-hari keluarga ini begitu istimewa, dirumahnya ini nampak tak pernah sepi, ya maklum penghuni kawasan ini yang juga rata-rata orang sukses sering berkunjung atau saling mengunjungi satu sama lainnya.
Sampai suatu ketika, suaminya pulang dalam keadaan yang lemah, wajahnya pucat dengan suhu tubuh yang panas. Rupanya suami ibu Supardjo terlalu keras bekerja, sampai-sampai lupa untuk menjaga kesehatan. Hari-hari berselang kondisi suaminya tidak juga membaik walau pun sudah ditangani oleh dokter-dokter berpengalaman, dan akhirnya suami Bu Supardjo menghembuskan nafas terakhirnya disamping istri tercintanya. Duka kelam menyelimuti hari-hari sepeninggalan suaminya, seakan-akan kemewahan dan kemegahan yang dirasakan selama ini tak dapat menghapus kenangan indah yang pernah ada. Bu Supardjo berpikir ia akan pulang ke kampung halamannya di salah satu daerah yang berada di Jawa Tengah, dimana ia dulu pernah melewati masa-masa kecilnya, dan suaminya pun berasal dari daerah yang sama. Ia berembuk dengan anak-anaknya yang telah dewasa, bahwa ia akan kembali ke kampung halamannya, agar selalu dekat dengan suaminya, “makam suaminya”.
Dua anaknya saat itu telah bekeluarga dan memutuskan untuk tetap di Jakarta, sedangkan dua anaknya lagi sepuluh tahun sepeninggalan ayahnya, menyusul ke dua kakaknya untuk bekeluarga. Ibu Supardjo pulang ke kampung halamannya diantar oleh anak-anaknya dan juga tetangga sekitarnya, ikut bersama Ibu Supardjo dua orang pembantu rumah tangga, yang kedua-duanya berusia tidak berbeda jauh dengan Bu Supardjo. Sejak muda Mbo Minah dan Pa Tresno menemani keluarga ini, begitu setia. Mbo minah juga berasal dari desa yang sama dengan Bu Supardjo, sedangkan Pa Tresno berasal dari desa tetangga yang juga tidak jauh lokasinya. Mbo Minah dan Pa Tresno merupakan pasangan suami istri yang di boyong ke ibukota oleh Bu Supardjo untuk memasak dan menjadi supir bagi Pa Supardjo. Karena sudah lama bekerja di keluarga ini, bapak dan ibu Supardjo telah menganggap Mbo Minah dan Pa Tresno adalah bagian dari keluarga Supardjo, walau pun terkadang status mereka tidak begitu dihormati oleh anak dan menantu Pa Supardjo, dihadapan anak dan menantu Pa Supardjo, Mbo Minah dan Pa Tresno tetap sebagai pembantu yang harus mau disuruh ini dan itu, diperintah ini dan itu.
Semua anak-anak Bu Supardjo menetap di Jakarta, ada yang menjadi pengusaha meneruskan usaha ayahnya, dan ada juga yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Biasanya menjelang hari raya besar keagamaan anak dan menantu juga cucu-cucunya mengunjungi Bu Supardjo. Bu Supardjo tidak tinggal serumah bersama Mbo Minah dan Pa Tresno, mereka memiliki rumah juga di desa itu, setiap hari Mbo Minah datang untuk memasak dan membereskan rumah, sedangkan Pa Tresno, setelah tidak menjadi supir, pekerjaannya berladang, dan sesekali datang ke rumah Bu Supardjo untuk memotong rumput dipekarangan rumahnya. Mbo Minah dan Pa Tresno sendiri memiliki seorang anak yang telah bekeluarga, dan memiliki sepasang anak, yang besar anak perempuan berusia 11 tahun, dan yang kecil  anak laki-laki berusia 7 tahun, kedua cucu Mbo Minah dan Pa Tresno ini yang selalu menemani kesendirian malam Bu Supardjo. Kedua anak ini, sudah sejak bayi diasuh oleh Mbo Minah, orang tua kedua anak ini bekerja di serabutan, dan tinggal bersama dengan Mbo Minah dan Pa Tresno.
Album foto-foto yang ada di kamar Bu Supardjo, lembar-demi lembar dengan seksama dalam tatapan Bu Supardjo, terkadang ia tersenyum, namun nampak butiran air mata menetes diwajahnya, banyak kenangan dengan selaksa makna yang begitu dirasakan Bu Supardjo.
Seakan tersadar dari lamunannya, Bu Supardjo bergegas keluar dari kamarnya, ternyata si nok dan si tole sudah ada di rumah itu, dan sedang merapikan peralatan makan yang akan dipakai makan oleh Bu Supardjo. Sebagai seorang berada, tentu saja Bu Supardjo selalu makan sendiri di meja makan itu, walau pun Mbo Minah dan Pa Tresno sudah dianggap bagian dari keluarga Pa Supardjo, namun tetap saja perbedaan kedudukan tidak dapat dihapus. Begitu pun dengan kedua anak kecil ini, mereka belum pernah makan semeja dengan Bu Supardjo, mereka selalu makan di meja makan dekat dapur. Ruang tidur pun yang disediakan oleh Bu Supardjo untuk kedua anak ini terletak dibagian belakang, namun ke dua anak yang masih terbilang bocah ini, seakan tidak nampak keluh kesah, mereka setia menemani malam Bu Supardjo. Terkadang bila Bu Supardjo sakit, mereka diminta untuk menemani tidur di kamar Bu Supardjo, tapi tidak seranjang, kedua anak ini selalu tidur di bawah, dengan kasur yang di bawa dari kamar belakang. Padahal di kamar itu ada ranjang kecil yang bisa digunakan untuk kedua anak itu, tapi ranjang kecil itu hanya digunakan ketika cucu-cucu Bu Supardjo datang, dan Bu Supardjo selalu minta agar cucu-cucunya mau tidur dikamarnya, menemani malamnya. Terkadang cucu-cucunya setiap kali datang enggan tidur bersama Bu Supardjo, mereka lebih memilih tidur bersama orang tuanya. Nampak terlihat bila cucu-cucu Bu Supardjo tidak begitu dekat dengan Eyangnya.
Tahun kemarin, anak-menantu dan cucu-cucu Bu Supardjo datang untuk merayakan lebaran bersama, mereka biasanya berada di rumah Bu Supardjo selama empat hari, itu pun mereka sesekali pergi keluar untuk berlibur ke tempat yang menurut mereka lebih berkesan, tempat yang biasa anak-menantu beserta cucu-cucunya kunjungi berjarak dua jam berkendara mobil dari rumah Bu Supardjo, tempat ini memang menjadi objek wisata nomor satu di pulau Jawa, bahkan mungkin menjadi tempat wisata nomor dua di Indonesia setelah Pulau Dewata Bali.
Bila anak-menantu, dan cucu-cucu Bu Supardjo datang, Bu Supardjo selalu menyediakan hal-hal yang istimewa untuk mereka. Mbo Minah, Pa Tresno, kedua anaknya dan cucunya sudah jauh-jauh hari membantu menyediakan segala keperluan yang dibutuhkan untuk menyambut anak-menantu dan cucu-cucu Bu Supardjo, kedatangan mereka ibarat datangnya Putra Mahkota dan Putri Kerajaan beserta para Pangeran. Hari-hari yang mereka lalui di rumah Bu Supardjo, dilayani dengan setia oleh Mbo Minah dan Pa Tresno, terkadang si Nok dan Si Tole pun membantu membereskan rumah yang “berantakkan” akibat kedatangan mereka. Belum pernah setiap kedatangan anak-menantu beserta cucu-cucu Bu Supardjo terlihat makan atau sekedar beramah tamah bersama dengan keluarga Pa Tresno, ya mungkin inilah yang namanya “perbedaan, tetap perdedaan”.
Tak terasa, jelang dua bulan ke depan hari raya itu datang lagi, terpikir di benak Bu Supardjo untuk cepat-cepat menyelesaikan sulaman bunga lotusnya agar dapat terpakai untuk digunakan sebagai taplak meja di ruang keluarga. Seperti biasa, Bu Supardjo telah mempersiapkan segala sesuatunya. Seminggu datangnya hari raya Bu Supardjo menyuruh keluarga pa Tresno untuk merapihkan rumah, mencat kembali dan mengatur segala perabotan rumah tangga yang nanti akan digunakan oleh anak-menantu, dan cucu-cucunya itu.  
“Salam dulu ke eyang”, “ko nga mau”, “sini eyang gendong, kan sudah lama nga kerumah eyang, eyang kangen...”
Hari yang ditunggu sudah tiba, keluarga besar Supardjo sudah tiba sejak sehari sebelum hari raya tiba. Seperti tahun-tahun sebelumnya, anak-menantu, dan cucu-cucunya mengunjungi Bu Supardjo, dengan membawa cerita “keluh kesah” dan “kisah sukses” seorang pengusaha. Dari pakaian yang dipakai, sampai makanan yang dihidangkan, sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di rumah keluarga Tresno. Gaya bicara, pernak-pernik yang melekat pada cucu-cucu Bu Supardjo jauh sekali perbedaannya dengan gaya bicara dan pernak-pernik si Nok dan si Tole.
Sebuah Alphard, dua buah Hyundai, sebuah Xenia, dan sebuah Avanza mengantarkan delapan anak-menantu Keluarga Supardjo, sepuluh cucu-cucu bu Supardjo, empat Baby Sitter, dan lima supir. Rumah yang didiami oleh Bu Supardjo ini sangat besar dengan halaman yang besar pula, tentu saja selama keluarga Supardjo berada di rumah ini, begitu sibuk Mbo Minah sekeluarga melayani mereka semua.
Terasa hanya beberapa menit empat hari itu berlalu bagi Bu Supardjo, ketika barang terakhir dimasukkan dalam bagasi “Alphard”. Entah terasa berapa lama waktu empat hari itu bagi keluarga Tresno. Namun yang pasti bagi Bu Supardjo, ia sangat menantikan tahun didepannya, ia sangat merindukan datangnya hari raya itu lagi, dimana anak-menantu, beserta cucu-cucunya datang mengunjunginya.
Memerlukan waktu tiga hari untuk membenahi dan mengembalikan semua barang seperti semula, seperti sebelum kedatangan “para bangsawan” dari Jakarta. Ada beberapa sisa-sisa piring-gelas yang pecah, si Tole dan si Nok memungguti pernak-pernik mainan cucu-cucu Bu Supardjo yang masih berserakan di tiap ruangan, nampaknya Pa Tresno harus men-cat ulang bagian-bagian dinding yang di jadikan “lukisan tanpa makna dan bentuk” karya cucu-cucu Bu Supardjo, anak-menantu Mbo Minah turut serta membereskan sprei dan selimut untuk di cuci, sedangkan Bu Supardjo nampak terlelap di kursi goyangnya, sangat lelah mungkin itu yang dialaminya.
Nampak dari kaca rumah tua itu, seorang wanita tua sedang duduk di sebuah kursi goyang, wanita itu sedang termenung di kursi goyangnya, kadang ia terlihat sangat serius, ia tidak lagi sedang menyulam Bunga Lotus, ia sedang membalik halaman pada album foto yang ada dipangkuannya, kenangan ini mengapa tak pernah berlalu dan sirnah.
“Bu, ta pijitan ya...” si Nok berujar sambil memijat tangan Bu Supardjo. Tole dengan kesederhanaanya ia memandangi mbanya yang sedang memijat Bu Supardjo. Si Tole ini ketika cucu-cucu Bu Supardjo ada, ia tidak berani berada diruangan lain, selain menemani Mbo Minah di dapur, tidak seperti cucu-cucu Bu Supardjo yang seusia dengannya yang asik bermain dengan “jet tempur remote control”. Terkadang si Tole hanya memandangi dari jauh.
Entah berapa lama si Nok memijak Bu Supardjo.
“Na...sudah tidur, besok  harus sekolah”, “sudah tidur disini saja!”.
Belum sempat si Nok berkata, Bu Supardjo beranjak dari tempat tidurnya dan dengan tenaga tuanya menggendong si Tole yang nampak sudah lelap tertidur, ia memindahkan si Tole ke ranjangnya, si Nok pun nampak seperti orang yang kebingungan.
Sebelum tidur si Nok sempat berujar “ Bu, boleh ajarin cara menyulam, sulaman Ibu yang ada di meja depan sangat bagus, Nok juga ingin belajar nyulam seperti Ibu.”
Bu Supardjo terdiam, ia memeluk si Nok “mulai besok aku ajarin ya...” Linangan air mata yang memecahkan kristal perbedaan, mungkin terbesit dibenaknya ini pertama kali ia mengeluarkan air mata untuk orang yang bukan siapa-siapa bagi dirinya, tapi orang pertama yang mengomentari dan mengagumi sulaman Bunga Lotus, rasa kagum bukan datang dari anak-menantu dan cucu-cucunya, tapi datang dari cucu seorang pembantu.
Malam pertama, dimana si Tole dan si Nok seakan-akan menjadi “sederajat”, tidur di kasur nan “empuk” dan leluasa ditemani belaian dan nyanyian “ibu suri”.    
“Pagi buta”, Bu Supardjo meninggalkan si Nok dan Si Tole yang masih tertidur pulas, nampak ia begitu tergesa-gesa.
Mbo Minah telah tiba di rumah Bu Supardjo, seperti biasa ia langsung bergegas ke dapur untuk memasak, mbo Minah nampak kaget melihat tuannya sedang mengolah masakkan.
“Mbo, sudah biar aku yang masak” “Nanti siang Pa Tresno sama bapa-ibunya si Nok suruh kesini ya Mbo”
Meja makan bersulam Bunga Lotus, peralatan makan kaum bangsawan, cukup membuat keheningan bagi keluarga kecil Tresno. Inilah kali pertama Pa tresno dan keluarga dapat makan dan minum bersama tuannya.
Bagi Bu Supardjo datangnya hari raya menjadi bagian yang dinanti, bila berlalu hari raya itu ia tak perlu risau karena Sang Khalik  telah menghadirkan kerinduan dalam kesendiriannya.
Nampak dari kaca rumah tua besar itu, seorang wanita muda nan menawan sedang duduk di sebuah kursi goyang, wanita itu pun terlihat asik di kursi goyangnya, kadang ia terlihat sangat serius, mungkin ada bagian bentuk sulaman yang tersulit dari bunga lotus.
“Mba...hari ini kita pergi tabur bunga kan...?”
....................................................................................................................................................................
Kisah Inspirasi “Kursi Goyang Sang Penyulam Lotus” merupakan karya tulis bertema Aksi untuk Indonesiaku diikut sertakan di situs http://www.lintas.me/ merupakan ide asli kisah inspirasi yang ditulis langsung oleh owner http://westjava27.blogspot.com. Bila melakukan copy paste dan menyebarluaskannya harap mencantumkan sumbernya. Walau pun kisah inspirasi “Kursi Goyang Sang Penyulam” belum memiliki hak cipta paten, diharapkan para pengunjung blog menghargai karya seseorang dengan tidak melakukan tindakan “plagiat”. Nama-nama orang, tempat, gambar, hanya berupa ilustrasi belaka, dan bukan sebenarnya.

Baca juga Kisah Inspirasi lainnya: 

MENANTU“BILL GATES”

MENYELAMATKANBULAN

HIDUPADALAH KENYATAAN YANG HARUS DIJALANI

2012

TuhanMinta Pin BB nya Dong Aku Mau Cerita

KURSIGOYANG SANG PENYULAM LOTUS

PesonaGunung Gede

Inspirasidari Muhamad Ali

SEBUAHPELAJARAN DARI PAKIS DAN BAMBU


Baca Selengkapnya ....

Cara Mengatasi Jebakan Batman di Facebook

Posted by Unknown Monday, June 25, 2012 0 komentar
westjava27.blogspot.com

 “Feel A Boob Day!!!”
link URL shortener (pemendek URL) bit.ly http://bit.ly/yyxF**

Para pengguna facebook kerap menemui “jebakan batman” di Facebook, yakni mengklik link dari postingan teman berisi video. Salah satu contohnya adalah penyebaran message “Feel A Boob Day!!!”
Jika mengklik link di pesan tersebut, kamu akan diantarkan pada link URL shortener (pemendek URL) bit.ly http://bit.ly/yyxF** yang bertujuan mengelabui koraban supaya tidak bisa mengidentifikasi ke mana sebenarnya link tersebut diteruskan. Rasa penasaran biasanya membuah pengguna mengikuti permintaan browser untuk menginstal add-on. Saat disetujui, virus langsung masuk.
Setelah add-on diinstal, skrip baru akan langsung ditambahkan pada browser dan langsung aktif. Pada Chrome, ia akan bernama “Google Chrome Extention 1.0.1”, sedangkan pada Firefox namanya “Firefox Extension Update 1.0.0”
Selanjutnya, secara otomatis skrip ini akan membuat akun Facebook untuk melakukan postingan pesan pada grup-grup Facebook yang kamu ikuti, sekaligus otomatismendaftarkan akun pada beberapa aplikasi Facebook tanpa persetujuan. Jika terlanjur menjalankan skrip ini, yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan diri:
  • Hapus add-on atau extension yang terinstal.
  • Ubah password Facebook.
  • Masuk ke grup yang kamu ikuti dan hapus posting yang dilakukan atas nama kamu dan informasikan kepada para anggota grup untuk berhati-hati.

Sumber:
Regina Ida (Reginaida@yahoo.com/PCplus408/XII/2012/Jebakan Batman di Facebook


Baca Selengkapnya ....

Situs Gunung Padang

Posted by Unknown Sunday, June 24, 2012 0 komentar
westjava27.blogspot.com
"Jika terbukti, peradaban Gunung Padang diduga lebih tua dari peradaban Mesir dan Sungai Indus. Hanya sayang, lolos dari catatan sejarah. "Gunung Padang  membuktikan kita juga keturunan dari ras yang sangat luar biasa," kata Danny. Tak cuma itu, area situs Megalitikum yang berada Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini diduga kuat adalah yang terbesar di dunia."  (Dr. Danny Hilman/Ketua Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang/VIVAnews)

Situs Gunung Padang merupakan salah satu situs jaman prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat Indonesia. Letak Situs Gunung Padang berada di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Diperkirakan  Luas kompleks "bangunan" kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Dari berbagai isu yang beredar, Situs Gunung Padang merupakan situs yang memiliki luas 10x lebih luas dari Candi Borobudur yang terletak di Jawa Tengah Indonesia. Usia Situs Gunung Padang bila di hitung dari jaman Megalitikum kurang lebih berusia 2.500 tahun. Namun dari hasil Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, akhirnya melakukan pengeboran situs megalitikum  Gunung Padang. Hasilnya, usia situs Gunung Padang itu sekitar 109 abad alias 10.900 tahun Sebelum Masehi (SM).  


 

Mengenai Situs Gunung Padang, wikipedia menuliskannya seperti dibawah ini:

"Keberadaan situs ini pertama kali dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914. Sejarawan Belanda, N.J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.
Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, Raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam.
Fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun S.M. Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum.
Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat "kabuyutan" (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat ini. Menurut legenda, Situs Gunungpadang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan."
detikNews.com mengemukakan juga " Hasil itu ditemukan setelah Tim Katastropik Purba melakukan pengeboran di sekitar situs. Rencana pengeboran tersebut sebelumnya dipaparkan di depan ratusan pecinta kepurbakalaan di Jakarta, 7 Februari 2012 lalu di depan ilmuwan dari 5 benua serta puluhan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), demikian disampaikan Tim Katastropik Purba dari Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana dalam rilisnya. Ada 2 titik pengeboran dalam situs itu. Bor 1 terletak di ujung selatan Teras 2, bor 2 di samping selatan Teras 5 (lihat gambar, red). Hasilnya, pada lubang bor 1, dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan susunan kolom andesit 10-40 cm (yang dibaringkan) diselingi lapisan tanah. Sewaktu menembus 3 m Tim Katastropik Purba mendapat surprise karena tiba-tiba drilling loss circulation dan bor terjepit.Yang dijumpai adalah lapisan pasir-kerakal Sungai (epiklastik) yang berbutir very well rounded setebal sekitar 1 meter. Rupanya bidang tegas yang terlihat pada Ground Penetrating Radar (GPR) itu di kedalaman 3-5 meter di semua Teras adalah batas dengan permukaan hamparan pasir ini. Menurut salah satu anggota Tim Katastropik Purba, Dr Pon Purajatnika yang ahli arsitek, boleh jadi hamparan pasir ini dimaksudkan sebagai peredam guncangan gempa.

Bagian di bawah kedalaman 4 meter yang ditembus bor ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang ditata dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu sebagian ditata horizontal dan sebagian lagi miring. Hal tersebut sesuai dengan survei GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan ada yang miring.Baru pada kedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman sekitar 25 meter, sesuai dengan penampang geolistrik bahwa kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu.

"Banyak ditemukan serpihan karbon, di antaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18 meter yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan," ujar anggota Tim Katastropik Purba Dr Boediarto Ontowirjo yang juga periset di Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini. Hasil bor 2, yang dilakukan persis di sebelah selatan Teras 5 menembus tanah, yang seperti tanah urukan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian ketemu batuan andesit keras. Di kedalaman 8 meter terjadi hal mengejutkan.Total loss, 40% air di drum langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai kedalaman 10 meter. Kelihatannya bor menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luarbiasa keseragamannya seperti hasil ayakan manusia. Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang juga terisi pasir 'ayakan' itu diselingi oleh 'tembok' andesit yang sepertinya lapuk. Pemboran berhenti di kedalaman 15 meter.Kemudian Tim Katastropik Purba mengambil sampel tanah dari 2 titik pengeboran, masing-masing titik diambil 16 sampel. Sampel ini kemudian diuji menggunakan radioisotop carbon C14 untuk mengetahui usianya (carbon dating).Tim Katastropik untuk menguji umur sisa arang,tumbuhan organik paleosoil dengan carbon dating dengan alat Liquid Scintillation Counting (LSC).

Hasilnya sebagai berikut:
1. Sampel pertama diambil dari Teras 2 (titik bor 1) dengan kedalaman -3.5 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 5.500 tahun plus minus 130 Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 51,40 +/-0,54)

2. Adapun HASIL TERBARU sampel kedua diambil dari Teras 5 (titik bor 2) dengan kedalaman -8,1 meter sampai -10,1 meter dari permukaan tanah, hasilnya: 11.060 tahun plus minus 140 tahun Before Present (Sebelum Masehi/SM, red) (pMC= 26,24 +/- 0,40)

"Kalau dikonversikan ke umur kalender setara dengan 10 ribu SM," tutur Boediarto.

Catatan:

pMC = percentage Measured Carbon
Persentasi unsur carbon C yang tersisa dari proses peluruhan tanah purba paleo soil. Unsur carbon akan mulai meluruh begitu tumbuhan, hewan mati tertimbun tanah/batu.
Untuk meluruh setengahnya, pMC = 50% diperlukan waktu 5.730 tahun."

VIVAnews.com pun menuliskan "Kisah Warga Yang Menemukan Lorong Di Gunung Padang"
"Adalah Dadi (52), juru kunci Gunung Padang yang menemukan pintu masuk itu, 40 tahun lalu. Kala itu, Dadi yang masih berusia 12 tahun kerap menemani ayahnya mencari sarang madu lebah liar yang ada di daerah tersebut. "Saya pernah masuk ke lorong batu, hampir seperti gua. Saya yang saat itu berusia 12 tahun, bisa masuk," kata Dadi Sabtu 23 Juni 2012. Ia lupa berapa lebar dan tinggi lorong tersebut. Yang jelas, posisinya sejajar dengan teras pertama, sebelah timur. "Saat saya mau masuk lebih jauh, saya keburu dikejar bapak dan ditarik ke luar," kata dia. Oleh warga sekitar, lorong itu dianggap sebagai kawah Gunung Padang. "Bapak saya lalu menceritakan, ada pantangan masuk ke sana. Konon, di dalamnya ada ruangan berisi harta karun yang dijaga ular," kata dia.
Meski kedengaran tak masuk akal, cerita itu kemudian ditelusuri tim ahli. Dengan campur tangan teknologi, tim memindai dari atas altar pertama, dari permukaan maupun tebing. "Dari hasil geolistrik dan georadar 3D ditemukan 2 pintu masuk dalam lorong. Lorong itu sekarang diupayakan dibuka tim," kata ketua tim, Danny Hilman.  Pemindaian yang dilakukan kemarin dan pukul 14.00 tadi, memperkuat indikasi keberadaan lorong tersebut. Setelah para geolog bekerja, kini giliran tim arkeolog. "Kami sedang memastikan titik ini untuk membuktikannya. Tapi ada lapukan batuan sehingga kondisinya labil bisa mengakibatkan langit-langit runtuh," kata Ali Akbar, ketua tim arkeolog.
Pantauan VIVAnews, satu orang arkeolog masih bekerja di lokasi. Memakai pacul, kuas, juga membuat kotak-kotak ekskavasi. Tim juga menebas alang-alang yang tumbuh liar melampaui tinggi orang dewasa. Tim menemukan tangga yang kondisinya rusak. Diduga tangga itu menuju pintu utama bangunan di perut Gunung Padang. Sebab, terdapat mata air seperti sumur yang berada di utara."
Berita lainnya mengenai Situs Gunung Padang (VIVAnews):
Sumber:
Diambil dari berbagai sumber di Internet dengan kata kunci "situs gunung padang" (wikipedia, detikNews, VIVAnews, dll).
Bagi para pengunjung westjava27 yang ingin menambahkan tentang Situs Gunung Padang, silahkan tulis di kotak komentar.

Baca Selengkapnya ....
Sponsor Toko Online Westjava27 | Copyright of westjava27 .

Labels

Postingan Terbaru westjava27

Arsip Blog